Informasi dari Gunem.id menyebutkan Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, giat menjalin kerja sama internasional untuk mengamankan pasokan bahan baku pupuk. Langkah ini diambil karena ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku pupuk masih tinggi.
Related Post
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, menjelaskan bahwa meskipun Petrokimia Gresik merupakan produsen pupuk dan bahan kimia terbesar di Asia Tenggara, perusahaan masih membutuhkan pasokan dari luar negeri untuk beberapa bahan baku krusial. Saat ini, perusahaan telah menjalin kerja sama dengan Kanada, Rusia, Belarusia, dan Yordania untuk pasokan potasium. Namun, upaya perluasan kerja sama terus dilakukan, termasuk dengan Laos dan negara-negara Timur Tengah serta Afrika Utara.
Bahan baku yang masih diimpor antara lain KCl, DAP, Phosphate Rock, Ammonium Sulphate, Sulphuric Acid, Phosphoric Acid, Sulphur, dan beberapa bahan baku lainnya. Kebutuhan ini semakin meningkat seiring rencana pembangunan Pabrik Phonska V dan proyek pengembangan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk NPK.
Petrokimia Gresik tidak hanya berfokus pada impor, tetapi juga mengeksplorasi berbagai strategi, termasuk inovasi substitusi bahan baku dan pendirian pabrik di luar negeri untuk mendekatkan diri pada sumber bahan baku. Kerja sama ini, menurut Dwi, mendapat dukungan penuh dari Pupuk Indonesia, sehingga Petrokimia Gresik dapat memastikan penyaluran pupuk bersubsidi ke seluruh Indonesia dan menjaga ketahanan pangan nasional.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.