Gunem.id – Debat perdana pemilihan wali kota dan wakil wali kota Blitar yang digelar pada Rabu, 15 Oktober 2024, menghangat dengan topik Smart City. Kedua pasangan calon, Bambang Rianto-Bayu Setyo Kuncoro (nomor urut 01) dan Syauqul Muhibbin (Mas Ibin)-Elim Tyu Samba (nomor urut 02), menawarkan visi berbeda dalam mewujudkan Blitar sebagai kota pintar.
Related Post
Bambang-Bayu fokus pada perluasan akses wifi dan penambahan CCTV, menekankan pentingnya internet gratis di seluruh wilayah. Bayu bahkan menyebut wifi publik sebagai prioritas untuk mendukung program Smart City, bersama dengan pemasangan CCTV demi keamanan warga.
Mas Ibin, di sisi lain, menganggap pelayanan publik di Blitar lambat dan kurang terintegrasi. Ia berencana mengoptimalkan Mal Pelayanan Publik satu atap dengan tambahan aplikasi digital untuk mempercepat layanan dasar seperti kesehatan dan administrasi.
Mas Ibin juga mempertanyakan urgensi wifi publik, mengatakan bahwa banyak keluarga yang sudah mampu membeli akses internet sendiri. Ia khawatir akses internet yang luas tanpa kontrol dapat menimbulkan masalah bagi anak-anak. Ia lebih menekankan pentingnya integrasi layanan dan teknologi di sektor pelayanan.
Mbak Elim menambahkan bahwa aplikasi SIM yang sudah ada belum banyak dikenal masyarakat. Mereka berencana menggunakan media sosial untuk menyebarluaskan informasi, terutama kepada kelompok lanjut usia.
Bayu mengakui bahwa pengembangan Smart City di Blitar perlu belajar dari pengalaman daerah lain agar lebih efektif dan berkelanjutan. Ia menekankan bahwa program Smart City mereka akan terus dievaluasi demi pelayanan yang lebih baik.
Anwar Hakim Darajad, pengamat politik dan dosen FISIP Unisba Blitar, menilai konsep yang ditawarkan Mas Ibin-Mbak Elim lebih inovatif dan tepat sasaran. Ia menilai bahwa kebutuhan wifi gratis bukan prioritas utama di kota yang sebagian besar warganya sudah bisa mengakses internet secara mandiri.
Anwar berpendapat bahwa upaya Mas Ibin-Mbak Elim untuk mengintegrasikan layanan publik melalui aplikasi lebih relevan dengan tujuan Smart City yang berorientasi pada kemudahan pelayanan bagi masyarakat.
Publik kini dihadapkan pada dua pilihan: program wifi publik yang diusung Bambang-Bayu yang dapat mendukung akses informasi, atau rencana Ibin-Elim untuk memaksimalkan pelayanan berbasis aplikasi dan mempercepat layanan dasar.
Antusiasme warga Kota Blitar terlihat tinggi menyambut kedua program ini. Namun, harapan untuk perubahan lebih nyata di sektor pelayanan publik tetap menjadi keinginan utama mereka. Publik berharap siapa pun yang terpilih akan mampu menghadirkan kebijakan yang benar-benar membangun Smart City yang efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.