Dari Sopir Taksi ke Kepala Bapenda: Asrama Bibit Unggul Surabaya Ubah Nasib Alumni

Dari Sopir Taksi ke Kepala Bapenda: Asrama Bibit Unggul Surabaya Ubah Nasib Alumni

Gunem.id – Siapa sangka, asrama yang dirancang untuk mencetak generasi emas dari keluarga tidak mampu di Surabaya, ternyata telah melahirkan seorang kepala dinas. Febrina Kusumawati, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Surabaya, adalah bukti nyata bagaimana program Asrama Bibit Unggul mengubah hidup seseorang.

Collab Media Network banner content

Febri, sapaan akrabnya, mengungkapkan rasa syukurnya atas program yang telah membantunya meraih pendidikan tinggi. "Kalau dulu tidak ada program Bibit Unggul dari pemerintah kota, mungkin saat itu saya tidak menjadi apa-apa sampai sekarang," ungkapnya.

Dari Sopir Taksi ke Kepala Bapenda: Asrama Bibit Unggul Surabaya Ubah Nasib Alumni
Foto Istimewa : www.rmoljatim.id

Kisah Febri berawal dari keterbatasan ekonomi keluarganya. Ayahnya yang hanya seorang sopir taksi, kesulitan membiayai pendidikannya. Namun, berkat prestasi akademiknya yang gemilang, Febri mendapat kesempatan mengikuti seleksi program beasiswa Bibit Unggul.

"Alhamdulillah akhirnya saya lolos," kenang Febri, wanita kelahiran Surabaya, 11 Februari 1976.

Program Bibit Unggul memberikan kesempatan bagi siswa-siswi dari keluarga tidak mampu dengan nilai rapor yang memenuhi kriteria untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Febri pun berhasil meraih kesempatan itu dan melanjutkan pendidikan di Universitas Airlangga (Unair).

"Saya tidak terpikir saat itu bisa kuliah, kalau itu (program Bibit Unggul) tidak ada, saya tidak sampai kuliah," katanya.

Selama kuliah, Febri tinggal di Asrama Bibit Unggul selama kurang lebih tiga tahun hingga akhirnya lulus. Setelah itu, ia berhasil lolos seleksi PNS dan menjadi pegawai negeri.

"Dulu saat kuliah semester awal sudah masuk Asrama Bibit Unggul, kurang lebih 3 tahunan sampai lulus. Setelah lulus kebetulan ada rekrutmen PNS, kemudian saya melamar dan Alhamdulillah lolos," tuturnya.

Febri, alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unair, menyadari pentingnya mempertahankan beasiswa yang diterimanya. Ia pun memilih perguruan tinggi negeri agar bisa terus mendapatkan bantuan tersebut.

"Aku sampai berpikir saat memilih perguruan tinggi, aku tidak akan memilih perguruan tinggi yang sulit karena aku harus mempertahankan beasiswa ini," jelasnya.

Febri mengakui bahwa program Bibit Unggul adalah tonggak penting dalam perjalanan hidupnya. Tanpa program tersebut, ia mungkin tidak akan bisa meraih pendidikan tinggi dan mencapai kesuksesan seperti sekarang.

"Kalau saya tidak masuk negeri, beasiswaku terputus. Alhamdulillah Allah masih memberikan izin semua dan pemerintah kota support," terangnya.

Saat ini, Asrama Bibit Unggul menampung 138 anak yang mengikuti program pendidikan "1 Keluarga 1 Sarjana". Jumlah tersebut terus bertambah, dan diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang luar biasa.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajrihatin, menjelaskan bahwa Asrama Bibit Unggul menyediakan berbagai fasilitas, termasuk ruang pembelajaran, ruang kreasi, ruang makan, lapangan futsal, dan basket.

"Anak-anak yang tinggal di Asrama Bibit Unggul juga kami beri kesempatan untuk mengembangkan bakat. Mulai dari musik, melukis dan berbagai kegiatan kreatif lainnya," katanya.

Anna menambahkan bahwa Asrama Bibit Unggul menjadi pusat kegiatan bagi anak-anak. Selama di asrama, mereka mendapatkan pembinaan baik pendidikan akademik maupun non-akademik.

"Asrama Bibit Unggul juga menjadi tempat untuk membentuk jiwa dan empati anak-anak dalam mewujudkan generasi yang hebat," pungkas Anna.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar