Informasi dari Gunem.id menyebutkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berharap agar program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) atau program gas murah untuk industri tetap berlanjut. Febri Hendri, Juru Bicara Kemenperin, menjelaskan bahwa program ini sangat krusial bagi tujuh subsektor industri vital: pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Kemenperin menginginkan harga gas tetap di angka US$6 per MMBTU.

Related Post
Febri memperingatkan potensi dampak negatif jika program HGBT dihentikan. "Industri bisa terpuruk, dan indeks manufaktur (PMI) ikut anjlok," tegasnya. Ia mengacu pada berbagai riset yang menunjukkan korelasi negatif antara harga gas industri dan PMI. Bahkan, riset dari ekonom UI menunjukkan kenaikan harga gas akan menekan PMI, bahkan berpotensi kontraksi. Sebaliknya, harga gas yang rendah akan mendorong gairah industri dan meningkatkan PMI.

Sementara itu, Kementerian ESDM masih melakukan penghitungan dan kajian untuk menentukan kelanjutan program HGBT di tahun 2025, termasuk kemungkinan pemangkasan jumlah penerima. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyatakan pemerintah tengah mengkaji dampak kebijakan HGBT terhadap penerima gas murah. Keputusan final mengenai nasib program gas murah ini masih dinantikan pelaku industri. Nasib jutaan pekerja di sektor manufaktur pun bergantung pada keputusan tersebut.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.