Informasi dari Gunem.id menyebutkan bahwa kegagalan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah memicu lonjakan harga minyak mentah dunia hingga hampir 3 persen pada Selasa (3/12). Ancaman serangan Israel terhadap Lebanon di tengah perjanjian gencatan senjata yang rapuh menjadi pemicu utama kenaikan ini.

Related Post
Berdasarkan laporan Reuters pada Rabu (4/12), harga minyak mentah Brent meroket 1,79 dolar AS atau 2,5 persen, menutup perdagangan pada angka 73,62 dolar AS per barel. Kenaikan serupa juga terjadi pada minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat, yang naik 1,84 dolar AS atau 2,7 persen, mencapai harga penutupan 69,94 dolar AS per barel. Ini merupakan kenaikan tertinggi WTI sejak 18 November lalu.

Serangan berkelanjutan Israel terhadap apa yang disebut sebagai pejuang Hizbullah yang melanggar perjanjian gencatan senjata pekan lalu di Lebanon, semakin memperparah situasi. Pemerintah Lebanon pun telah meminta bantuan Amerika Serikat dan Prancis untuk menekan Israel agar menghormati kesepakatan gencatan senjata.
Giovanni Staunovo, analis dari UBS, menjelaskan bahwa risiko terhadap gencatan senjata tersebut meningkatkan kekhawatiran para pedagang minyak akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Meskipun konflik Lebanon belum mengganggu pasokan minyak secara langsung, Staunovo menambahkan bahwa para pedagang akan terus memantau ketat perkembangan hubungan Iran dan Israel dalam beberapa bulan mendatang.
Faktor lain yang turut mendorong kenaikan harga minyak adalah antisipasi pasar terhadap keputusan OPEC+ terkait perpanjangan pemotongan produksi minyak. Empat sumber OPEC+ yang dihubungi Reuters mengindikasikan kemungkinan perpanjangan pemotongan pasokan hingga akhir kuartal pertama tahun depan. Scott Shelton, analis energi di TP ICAP, menilai perpanjangan tersebut akan membatasi surplus pasar dan menghasilkan penurunan harga minyak yang lebih landai daripada perkiraan sebelumnya.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.