Cerpen Zuly Kristanto
Gunem.id - Pagi itu, beberapa menit sebelum adzan subuh dikumandangkan, toa dari mushola kecil itu lebih dulu mengabarkan sebuah berita duka. Zulkifli, muadzin yang pagi itu mendapat tugas untuk mengumandangkan adzan, lebih dahulu mengabarkan bahwa Mbah Dayat, lelaki sepuh yang sudah berpuluh-puluh tahun berkerja sebagai marbot di mushola itu telah meninggal dunia.
Dalam pengumumannya di pagi itu Zulkifli tidak menyebutkan kapan tepatnya Mbah Dayat meninggal. Ia tidak mengatakannya karena pagi itu dia sudah mendapati tubuh Mbah Dayat sudah tidak bernyawa dalam kondisi sujud di teras mushola.
Di kampung tempat tinggal Zulkifli ada sebuah tradisi yang mengharuskan apabila ada warga yang meninggal dunia harus segera dimakamkan tanpa harus menunggu keluarga almarhum berkumpuk terlebih dahulu. Berhubung di kampung itu Mbah Dayat hanya hidup sebatang kara, jenazahnya akan segera diurus dan dimakamkan seusai shalat subuh.
Di hari meninggalnya Mbah Dayat ini ada sesuatu yang aneh. Jamaah shalat subuh di mushola itu tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat. Sebelumnya warga yang shalat subuh di mushola itu paling banyak hanya berjumlah 15 orang saja. Namun, di pagi itu warga yang melakukan shalat subuh berjamaah di mushola itu mencapai lebih dari 100 orang.
Tentang adanya peninggkatan jamaah shalat subuh yang terjadi di pagi itu ada yang mengaitkan dengan peristiwa meninggalnya Mbah Dayat. Ada kemungkinan ikut sertanya puluhan warga yang tidak biasa shalat berjamaah di mushola yang hadir dan ikut shalat subuh berjamaah di pagi itu karena ingin memberikan penghormatan terakhir bagi Mbah Dayat.
Sekitar pukul 7 pagi jenazah Mbah Dayat sudah selesai dikebumikan. Tidak banyak harta yang ditinggalkan oleh Mbah Dayat. Hanya sebuah rumah yang berdiri di atas sepetak tanah yang tidak terlalu luas saja yang menjadi peninggalannya. Sedangkan seekor sapi jantan yang selama ini menjadi kesayangannya sudah dijualnya beberapa hari sebelum ia wafat. Tentang bagaimana nasib rumah dan tanah yang berada di belakang mushola itu hanya Zulkifli yang tahu.
Zulkifli sendiri tidak menyangka kalau Mbah Dayat akan meninggal secepat ini. Dua hari yang lalu Zulkifli melihat Mbah Dayat tengah memperbaiki pompa air masjid. Saat itu Zulkifli bertanya, “Pompa airnya rusak lagi ya, Mbah?”
“Iya, mas. Kelihatannya pompa airnya sudah minta ganti,” jawab Mbah Dayat.
Saat mendengar jawaban dari Mbah Dayat seperti itu. Ada sesuatu yang membuat Zulkifli merasa kurang nyaman. Ia lalu mendekati Mbah Dayat yang masih sibuk mengutak-atik mesin pompa air yang dipasang di mushola itu tepat saat pelantikan Gus Dur sebagai presiden republik Indonesia yang keempat.
Artikel Terkait
Cerpen Mbok Mase
Cerpen Lina Si Ratu Holiday
Cerpen Syair Jiwa
Cerpen Sebuah Kisah Mengada-ada dari Sebuah Kampung yang Benar-Benar Ada