Keluarga Pasien Meninggal di IGD RSUD Soewandhie Tuduh Malpraktek, Dirut Bantah!

Keluarga Pasien Meninggal di IGD RSUD Soewandhie Tuduh Malpraktek, Dirut Bantah!

Gunem.id – Kabar duka kembali menyelimuti RSUD Dr. Mohamad Soewandhie. Pasien berinisial R, 68, meninggal dunia di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Jumat (1/11) dini hari. Keluarga pasien menuding pihak rumah sakit melakukan malpraktek dan menelantarkan pasien. Namun, Direktur Utama (Dirut) RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh, membantah keras tuduhan tersebut.

Collab Media Network banner content

Menurut dr Billy, pasien R datang ke IGD dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tim medis langsung melakukan penanganan intensif, termasuk pemeriksaan gula darah yang menunjukkan hasil sangat tinggi, yaitu 335. "Setelah diberikan obat, gula darahnya turun menjadi 105. Ini membuktikan bahwa kami melakukan tindakan," tegas dr Billy.

Keluarga Pasien Meninggal di IGD RSUD Soewandhie Tuduh Malpraktek, Dirut Bantah!
Foto Istimewa : www.rmoljatim.id

Ia menjelaskan bahwa pasien R menderita komplikasi diabetes yang menyebabkan gangren pada kaki dan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak. "Kondisi otaknya sudah permanen dan tidak bisa pulih kembali," ujar dr Billy.

Meskipun tim medis telah melakukan penanganan intensif, kondisi pasien R tidak membaik. Pihak keluarga yang tidak terima dengan kondisi tersebut, akhirnya melakukan protes dan memblokir ruangan dokter di IGD. Akibatnya, tim medis terlambat menolong pasien R yang saat itu dalam kondisi kritis.

"Saat kami ingin memberikan pertolongan, pihak keluarga menolak. Mereka justru menuduh kami tidak melakukan tindakan apapun," ungkap dr Billy. Ia juga menyampaikan rasa duka cita atas meninggalnya pasien R dan menyesalkan aksi pemblokiran ruangan dokter yang menghambat penanganan medis.

Kepala IGD RSUD Dr. Muhammad Soewandhie, dr Ariyanto Setyoaji, menambahkan bahwa tim medis telah melakukan pertolongan pertama, termasuk pemberian cairan infus, oksigen, antibiotik, dan pemeriksaan laboratorium. "Kami juga sudah berkoordinasi dengan dua dokter spesialis, yakni spesialis penyakit dalam dan spesialis bedah," kata dr Ariyanto.

Ia menjelaskan bahwa pasien R sempat membaik setelah mendapatkan penanganan, namun kondisinya kembali menurun karena infeksi berat. "Kami memutuskan untuk merawat pasien di IGD agar lebih mudah melakukan observasi dan pemantauan secara intensif," pungkasnya.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar