Gunem.id – Presiden Prabowo Subianto diminta untuk menghidupkan kembali tiga lembaga riset dan teknologi era pemerintahan Presiden BJ. Habibie. Hal ini disampaikan oleh Pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI), Mulyanto, yang menilai pengelolaan bidang riset dan teknologi selama 10 tahun terakhir carut-marut.
Related Post
Mulyanto, yang juga merupakan anggota Komisi Energi dan Ristek DPR Periode 2019-2024, menilai penggabungan semua lembaga riset ke dalam satu badan menimbulkan banyak masalah yang belum terselesaikan. Akibatnya, aktivitas riset menurun dan manfaatnya bagi masyarakat kurang dirasakan.
"Yang sangat penting, sesuai dengan amanat UU Ketenaganukliran dan UU Keantariksaan, Pemerintah harus memisahkan kembali Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yang sebelumnya dilebur ke dalam BRIN," tegas Mulyanto.
Sejak dilebur ke dalam BRIN, kedua lembaga ini dinilai mengalami penurunan kinerja dan relatif mati suri. Hal yang sama juga terjadi pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang praktis tidak menunjukkan kinerja mencolok setelah dilebur ke dalam BRIN.
Mulyanto prihatin melihat program pengembangan perekayasaan dan pengkajian teknologi, termasuk layanan teknologi, yang mandeg. Riset saat ini lebih diarahkan untuk memproduksi paper ilmiah di jurnal internasional.
"Saatnya Presiden melakukan desentralisasi kelembagaan ristek agar lembaga-lembaga ini kembali menjadi lincah dan berkinerja tinggi, ketimbang mempertahankan lembaga superbody yang sentralistik," tegasnya.
Untuk mendorong kinerja industri dan hilirisasi sumber daya alam yang bernilai tambah tinggi, dibutuhkan dukungan kelembagaan Ristek yang kokoh. Mulyanto berharap Presiden Prabowo segera menata ulang kelembagaan riset dan teknologi nasional pada pemerintahannya.
"Syukur-syukur saintek kita bisa kembali jaya seperti pada masa Pak Habibie dulu," harap Mulyanto.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.