Gunem.id – Empat bulan terakhir, senja di Kota Lama Surabaya menjadi momen yang ditunggu-tunggu Supardi (62), seorang pengayuh becak asal Surabaya yang merangkap mencari nafkah di kawasan Kota Lama Zona Eropa. Rejekinya meningkat drastis setelah kawasan bersejarah era kolonial itu direvitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Related Post
Sejak dipercaya menjadi pengkayuh becak wisata, roda perekonomian Supardi mulai membaik. Becak wisata Kota Lama berjajar di samping Plaza Outdoor Gedung Internatio, siap mengantar wisatawan berkeliling sambil belajar sejarah. Supardi menceritakan, "Enak sekarang, ketimbang dulu sepi tidak ada yang naik (becak). Waktu diresmikan (Kota Lama) Pak Eri Cahyadi itu mulai ramai yang datang."
Sebelum revitalisasi, Supardi hanya mengandalkan penumpang becak dari aktivitas perdangan di Jembatan Merah Plaza (JMP). Tak jarang, ia pulang tanpa penumpang dan uang. Kini, setiap hari ia bisa membawa satu hingga empat orang berkeliling kawasan Kota Lama, dengan pendapatan Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu per hari. Di akhir pekan, pendapatannya bisa mencapai Rp 100 ribu.
Dampak ekonomi Kota Lama tak hanya dirasakan Supardi. Helmi Yazid, seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsinya, juga merasakannya. Ia bekerja sebagai driver mobil klasik Toerwagen, sebuah kesempatan yang ditawarkan oleh pengurus Karang Taruna kecamatan. Pemkot Surabaya ingin warga sekitar terlibat langsung dalam pengembangan Kota Lama.
"Saya ditawari oleh Karang Taruna kecamatan dan langsung menyerahkan CV untuk proses wawancara. Ada training dan pembekalan sejarah Kota Lama yang diberikan Pemkot Surabaya sebelum mulai bekerja," kata Helmi.
Sejak tiga bulan lalu, Helmi memiliki pendapatan sendiri tanpa harus bergantung kepada orang tuanya. Ia mendapatkan gaji dan uang makan dari Pemkot Surabaya, ditambah tip dari wisatawan.
Bagi Helmi, pekerjaan ini memberikan pengalaman baru. Setiap hari ia bertemu dengan orang baru dan bercerita tentang sejarah Kota Lama. "Asyiknya wisatawan yang datang bukan hanya dari Surabaya tapi luar kota dan beberapa dari luar negeri. Jadi saya punya pengalaman baru saat memandu mereka berkeliling," terangnya.
Wisatawan bisa menikmati keindahan Kota Lama dengan becak wisata seharga Rp 20 ribu, atau menggunakan Tourwegen seharga Rp 20 ribu untuk berkeliling area Penjara Kalisosok, De Javasche Bank, Gedung Internatio, Jembatan Merah Plaza, hingga Hotel Arcadia.
Tak hanya Supardi dan Helmi, banyak masyarakat yang merasakan dampak positif dari revitalisasi Kota Lama. Paket wisata naik Jeep, persewaan sepeda tua, atau sepeda listrik, hingga bersewaan busana lengkap dengan fotografernya, semuanya tersedia.
Pembangunan infrastruktur yang berdampak ekonomi bagi masyarakat merupakan visi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. "Kawasan Kota Lama dihidupkan untuk mengingat sejarah (Jas Merah) dan menghidupkan denyut nadi perekonomian di Kota Surabaya," kata Eri saat meresmikan Kota Lama Zona Eropa pada (3/7/2024).
Revitalisasi Kota Lama tak hanya memperbaiki bangunan tua, tetapi juga mengembalikan fungsi aslinya. Gedung-gedung yang dahulu digunakan sebagai kantor pemerintahan atau pusat perdangangan, kini menjadi daya pikat wisatawan dan pusat perkembangan ekonomi di Kota Surabaya.
Eri berharap, Kota Lama Zona Eropa dapat menjadi inspirasi bagi zona lainnya. Pemkot Surabaya terus berupaya melakukan revitalisasi dan integrasi pada empat kawasan sejarah, yaitu Pecinan, Eropa, Arab dan Melayu.
Integrasi keempat kawasan tersebut akan dilakukan melalui transportasi jalur air, berupa perahu yang melintasi Gunung Sari hingga Jembatan Petekan. "Ini untuk menghidupkan fungsi sungai Kalimas. Termasuk juga didalamnya mengintegrasikan kawasa sejarah, yang nantinya akan lewati perahu. Realisasinya tahun 2025," papar Eri.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Hidayat Syah mengatakan, transportasi air untuk integrasi empat zona wisata sejarah tengah disiapkan. Selain transportasi air, pihaknya juga menargetkan pengerjaan kawasan Arab pada tahun 2025.
Dalam pengembangan Kota Lama, Hidayat menyampaikan akan menerapkan digitalisasi terpadu. Digitalisasi akan membantu mendokumentasikan sejarah, menghidupkan kembali nilai kebudayaan lokal dan memberikan pengalaman edukatif yang lebih interaktif bagi masyarakat.
Untuk menjaga denyut nadi perekonomian, pihaknya secara rutin mengadakan event di kawasan Pecinan dan Zona Eropa. "Setiap Sabtu -Minggu rutin diadakan acara di Kota Lama Zona Eropa sebagai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan," tandasnya.
Revitalisasi Kota Lama mendapat apresiasi dari banyak pihak. Ketua Pusat Studi Ketahanan Iklim dan Kota, Untag Surabaya R.A Retno Hastijanti mengatakan, apa yang dilakukan Pemkot Surabaya adalah upaya mempertahankan sejarah sekaligus menghidupkan ekonomi masyarakat melalui sektor pariwisata.
Hasti menambahkan, pengembangan Kota Lama Surabaya harus dilakukan secara pentahelix, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas dan media. Dengan semangat kolaborasi, Kota Lama bisa dikembangkan menjadi objek wisata sekaligus sarana belajar sejarah.
"Tidak hanya objek wisata yang dikembangkan tapi juga sarana untuk belajarnya. Hal ini yang belum tersentuh di Kota Lama Semarang dan Jakarta. Surabaya harus menjadi pionir untuk menuju kesana," pungkasnya.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.