Gunem.id - Apa yang tergambar di dalam benak sampeyan ketika orang menyebut ‘pahlawan’? Kira-kira, pertama-tama, ini: seorang serdadu, pejuang kemerdekaan, gugur di medan tempur.
Atau, hamparan dengan nisan-nisan berderet-deret, di sebuah kompleks Taman Makam Pahlawan. Di taman makam pahlawan, yang terbayang kemudian adalah jasad-jasad yang dimakamkan di situ, yakni jasad-jasad para pejuang yang gugur di medan tempur maupun lama berselang setelah perang, para purnawirawan, dan para mantan pemimpin bangsa.
Memberikan tempat terhormat (taman makam pahlawan) bagi jasad sosok yang semasa hidupnya sangat berjasa kepada negara. Tetapi, sepertinya gambaran-gambaran itu akan nyaris dipenuhi hanya oleh figur atau sosok-sosok dengan kostum tertentu, denga senjata di tangan.
Baca Juga: Mengenal Microsleep, Pembunuh yang Mengintai Para Pengendara dalam Perjalanan
Sosok pahlawan (kemerdekaan) yang tidak identik dengan pegang senjata hanya ada beberapa saja, sebutlah pasangan Soekarno-Hatta, yang kemudian dijadikan nama bandara, dipatungkan, sebagai Presiden dan Wakil Presiden I Republik Indonesia, terutama sebagai Sang Proklamator (Kemerdekaan Indonesia).
Kita tahu, Zaman Perang (fisik) sudah berlalu, walau kita mesti tetap waspada, sebab terjadinya lagi bukanlah hal mustahil. Lihat saja, di belahan bumi yang jauh, perang seperti tak pernah berhenti.
Tetapi, layak kita renungkan, bahwa kita akan kehabisan sosok untuk dipahlawankan ketika cara pandang kita mengenai pahlawan lebih pada mereka yang mempertaruhkan nyawanya di medan tempur.
Baca Juga: Berikut Tips Agar Tetap Fit di awal Musim Penghujan
Pahlawan ialah orang yang layak diganjar pahala, yang berjasa luar biasa besar kepada masyarakat, bangsa, dan negaranya. Selama ini, praktiknya, seorang figure, terutama yang sudah meninggal dan terbukti punya jasa yang besar kepada bangsa dan negara, dapat diusulkan oleh masyarakat untuk diangkat sebagai pahlawan nasional.
Artikel Terkait
Protokol USDEK dalam Pesta Pernikahan yang Mulai Ditinggalkan
Tradisi Masonan dan Semangat Kebersamaan di Kampung Saya
Plastik Menggilas Tradisi Masonan di Kampung Saya
Cara Belajar Menulis Cerpen tanpa Teori
Buku Kumpulan Cerpen Anomali: Desa, Perempuan, dan Sastra