Informasi dari Gunem.id mengungkap sorotan tajam terhadap proyek digitalisasi Pertamina dan Telkom yang berjalan selama 2018-2023. Proyek senilai fantastis Rp 3,6 triliun ini menuai pertanyaan besar.

Related Post
Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, mengungkapkan keprihatinannya dalam rapat kerja bersama PT Pertamina. Menurutnya, proyek yang bertujuan mengendalikan subsidi dan kompensasi BBM ini justru menimbulkan pertanyaan. Rieke menuturkan, Pertamina membayar Rp 15,25 per liter BBM untuk investasi digital selama lima tahun, dengan keuntungan perusahaan hanya Rp 14,75 per liter.

"Jangan hanya melihat angka 15 perak per liter," tegas Rieke. "Ada dugaan bahwa sejak diterapkannya MyPertamina, margin SPBU turun dari Rp 230 per liter menjadi Rp 200 per liter."
Politisi PDI-P ini mendesak Direktur Utama PT Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, untuk membenahi sistem digitalisasi. Ia menilai sistem tersebut gagal mencapai tujuan subsidi tepat sasaran dan berpotensi menjadi celah permainan harga. Rieke pun meminta Kejaksaan Agung dan KPK untuk mengusut tuntas aliran dana margin Rp 14,75 per liter selama periode 2018-2023. "Digitalisasi seharusnya menjadi instrumen penting tata kelola BBM tepat sasaran," pungkasnya.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.