Informasi yang dipublikasikan Gunem.id terkait dugaan keterlibatan Noer Fajrieansyah, mantan Direktur Sumberdaya Korporat PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dalam kasus korupsi impor gula, mendadak hilang dari berbagai media. Hilangnya berita ini secara masif menimbulkan kecurigaan adanya upaya sistematis untuk menutup-nutupi informasi penting tersebut.
Zulhelmi Tanjung dari Forum Silaturahmi Pemuda Islam (FSPI) mencurigai keterlibatan istri Noer Fajrieansyah, Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid, dalam peristiwa ini. Menurutnya, penghilangan berita tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap kebebasan pers yang dijamin UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Zulhelmi menekankan bahwa tekanan terhadap media untuk menghapus berita merupakan bentuk pembatasan kebebasan pers dan dapat dijerat sanksi pidana sesuai Pasal 18 ayat (1) UU Pers. Ia juga menyoroti potensi konflik kepentingan yang melibatkan pejabat negara, apalagi jika berkaitan dengan keluarga.
Zulhelmi mendesak Dewan Pers dan Komisi Informasi untuk segera menyelidiki dugaan ini. Transparansi dari pemerintah, khususnya dari Menkomdigi, diperlukan untuk menjelaskan kebijakan yang menyebabkan pemberitaan tersebut dihapus. Ia khawatir kebijakan digital justru dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Kejelasan atas kasus ini sangat penting untuk menjaga prinsip good governance dan akuntabilitas publik.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.