Informasi dari Gunem.id menyebutkan bahwa Indonesia punya peluang emas untuk menjadi produsen ikan nila terbesar dunia, bahkan mengalahkan China. Proyeksi pasar ikan nila global pada 2024 mencapai US$ 14,46 miliar dan diprediksi melonjak hingga US$ 23,02 miliar dalam dekade mendatang. Indonesia, dengan produksi 1,4 juta ton, kini berada di posisi kedua setelah China (1,7 juta ton). Selisih yang relatif kecil ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk merebut posisi puncak.
Related Post
Direktur Ikan Air Tawar Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Ujang Komarudin, menyebut ikan nila sebagai salah satu komoditas unggulan KKP. "Ini peluang besar untuk ketahanan pangan nasional dan penguatan posisi Indonesia di pasar global," ujarnya. Namun, Ujang mengakui adanya kendala. Perpres Nomor 60 Tahun 2021 tentang penyelamatan danau prioritas nasional, beserta peraturan turunannya di daerah, dinilai menghambat optimalisasi budidaya ikan nila di danau. Ia menyoroti pembatasan Kolam Jaring Apung (KJA) di beberapa wilayah, mengingatkan perlunya perencanaan yang matang agar nilai ekonomi budidaya nila tidak kalah dengan sektor wisata.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia, Rokhmin Dahuri, menambahkan bahwa potensi Indonesia sangat besar mengingat luas wilayah perairan tawarnya yang signifikan. Menurutnya, peningkatan produksi dapat dicapai dengan penyederhanaan perizinan, pembangunan infrastruktur pendukung, dan kemudahan akses kredit bagi pelaku usaha. "Ikuti benchmarking negara lain dan terapkan best aquaculture practice," sarannya. Indonesia, dengan potensi yang dimilikinya, siap untuk berjaya di pasar ikan nila global.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.