Gunem.id - Sebuah teka-teki yang membuat para arsitek bangunan menggaruk kepala, yakni tentang bagaimana Pantheon Roma tetap kokoh selama hampir 2.000 tahun.
Pantheon adalah sebuah konstruksi yang dibangunan pada tahun 27 SM atau hampir 2.000 tahun yang lalu, berfungsi sebagai kuil berbentuk bulat di pusat kota Roma.
Para arsitek akhirnya menemukan rahasia di balik metode konstruksi kuno itu, yakni adanya bongkahan mineral kecil berwarna putih terang yang disebut “clast kapur”.
Baca Juga: Leg Kedua Semifinal Piala AFF 2022 Indonesia Vs Vietnam: Indonesia Optimistis Menang
Para ahli menyebut, potongan kecil kapur itu memiliki kemampuan untuk “penyembuhan sendiri”, ketika bangunan retak atau pecah.
Menurut peneliti utama serta profesor teknik sipil dan lingkungan MIT, Admir Masic, Pantheon tidak akan bertahan sampai sekarang jika tidak menggunakan beton seperti pada zaman Romawi.
Meskipun penulis dan filsuf Romawi, Pliny the Elder, mencatat beton bisa menjadi lebih kuat seiring bertambahnya usia, kecil kemungkinan orang Romawi menyadari bahan kimia apa yang terkandung atau berapa lama bahan itu akan bertahan.
“Mereka tahu itu bahan yang bagus, tapi mereka mungkin tidak tahu itu akan bertahan selama ribuan tahun,” kata Admir Masic dikutip Gunem.id dari The Guardian.
Tim peneliti yang juga melibatkan ilmuwan dari Harvard dan laboratorium di Italia dan Swiss, menggunakan pencitraan beresolusi tinggi dan pemetaan kimiawi untuk meneliti pecahan kapur.
beton Romawi dibuat dari gumpalan batuan vulkanik dan bahan lainnya yang disatukan dengan mortar, yang terbuat dari berbagai bahan termasuk pozzolan (semacam abu vulkanik), sumber kapur (kalsium oksida) dan air.
Baca Juga: Kuota Haji 2023 Indonesia 221 Ribu Jemaah dan Tanpa Batasan Usia
Mereka menemukan bahwa kandungan bahan itu dapat membantu beton menyembuhkan dirinya sendiri ketika retak atau pecah.
Ketika retakan kecil terbentuk pada beton, klas kapur bereaksi dengan air dan menciptakan larutan jenuh kalsium, yang dapat mengkristal ulang dan mengisi retakan dengan cepat.
Untuk membuktikannya, tim peneliti dengan sengaja memecahkannya, dan kemudian mengalirkan air melalui retakan tersebut, dalam waktu dua minggu retakan sudah sembuh total dan air tidak bisa lagi mengalir.
Artikel Terkait
Seorang Pria Diselamatkan dari Terowongan Bekas Galian untuk Perampokan Bank di Roma Italia
Kekeringan Mendorong Attila The Hun Menyerang dan Menghancurkan Kekaisaran Romawi
Menara Pisa di Itali Miring karena Desain Cacat, Pondasi terlalu Dangkal dan Lapisan Tanah yang Labil
Menyimpan Artefak Hasil Jarahan, Museum di AS Diperintah Mengembalikan ke Mesir
Arkeolog Denmark Temukan Aula Besar Peninggalan Bangsa Viking