Informasi dari Gunem.id menyebutkan adanya ancaman serangan ransomware terhadap Bank Rakyat Indonesia (BRI). Namun, BRI dengan tegas memastikan keamanan data dan dana nasabah tetap terjaga. Corporate Secretary BRI, Agustya Hendi Bernadi, memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.

Related Post
Ancaman tersebut beredar di platform X melalui akun @falconfeeds.io, sebuah akun yang mengklaim sebagai platform intelijen keamanan siber. Akun tersebut memperingatkan adanya serangan Bashe Ransomware terhadap salah satu bank terbesar di Indonesia, yang diidentifikasi sebagai BRI. Bashe, kelompok ransomware yang sebelumnya dikenal sebagai APT73 atau Eraleig, diketahui aktif sejak April 2024 dan memiliki taktik serupa dengan LockBit, yaitu menargetkan industri penting dan memanfaatkan situs kebocoran data berbasis Tor untuk pemerasan.

Meskipun serangan ransomware awalnya lebih banyak menyasar individu, kini organisasi besar juga menjadi target. Vectra, perusahaan keamanan siber, bahkan mengklasifikasikan Bashe sebagai "Ancaman Persisten Tingkat Lanjut" (Advanced Persistent Threat) karena kredibilitasnya sebagai kelompok ancaman.
Menanggapi ancaman ini, BRI menyatakan bahwa sistem keamanan mereka telah memenuhi standar internasional dan selalu diperbarui secara berkala. Layanan perbankan BRI, termasuk BRImo, QLola, ATM/CRM, dan layanan lainnya, tetap beroperasi normal. BRI juga menekankan komitmennya dalam melindungi informasi nasabah melalui langkah-langkah proaktif. Nasabah BRI dapat bertransaksi dengan tenang tanpa perlu khawatir.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.