Gunem.id – Pemkot Surabaya tak tinggal diam menghadapi gejolak inflasi. Berbagai strategi dijalankan untuk meredam laju harga di Kota Pahlawan. Salah satunya dengan menggelar operasi pasar di 17 pasar tradisional setiap Rabu dan Sabtu.
Related Post
"Operasi pasar ini akan terus berlanjut sampai kondisi harga stabil," tegas Dewi Soeriyawati, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya.
Tak hanya itu, Pemkot Surabaya melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga gencar melakukan monitoring harga dan stok bahan kebutuhan pokok dan penting (Bapokting) di seluruh pasar.
"Kita juga punya pasar murah di dekat kecamatan-kecamatan," tambah Dewi.
Selain operasi pasar, Pemkot Surabaya juga menggencarkan gerakan penanaman komoditi serentak, seperti penanaman cabai di Kecamatan Karangpilang. Sosialisasi kepada pedagang pasar tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) juga rutin dilakukan untuk mencegah panic buying dan penimbunan.
"Pedagang yang menjual di atas HET akan dikenai sanksi," tegas Dewi.
Jika inflasi masih membayangi, Pemkot Surabaya siap membuka stand di pasar untuk menstabilkan harga.
"Kita sudah koordinasikan dengan Bulog Jatim dan PD Pasar Surya untuk membuka stand," jelas Dewi.
Ignatia Martha Hendrati, Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Sosial Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, menilai langkah-langkah TPID Pemkot Surabaya sejauh ini sudah tepat.
"Monitor harga di pasar sangat membantu masyarakat untuk mengetahui harga sebelum berbelanja," ujar Ignatia.
Ia menyarankan agar edukasi tentang ketersediaan stok Bapokting ditingkatkan dengan metode Moral Suasion.
"Informasi tentang kecukupan stok Bapokting akan mencegah panic buying," jelas Ignatia.
Informasi ini bisa diumumkan melalui layar monitor di setiap pasar di Kota Surabaya.
"Selain harga, informasi tentang kecukupan pangan juga penting," pungkas Ignatia.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.