Gunem.id – Pemerintah Indonesia tengah bersiaga menghadapi ancaman baru dari aplikasi belanja online asal China bernama "Temu". Aplikasi ini telah diluncurkan di 48 negara dan kini mulai merambah Indonesia.
Related Post
Kehadiran Temu menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah dan pelaku UMKM. Pasalnya, aplikasi ini menawarkan harga yang sangat murah dengan model bisnis yang dinilai tidak sehat. Temu langsung menghubungkan pabrikan dengan konsumen tanpa melibatkan seller, reseller, dropshiper, atau affiliator. Hal ini membuat UMKM lokal kesulitan bersaing karena tergerus harga murah dari produk impor.
Menteri Koperasi UKM, Teten Masduki, menyatakan kekhawatirannya dan akan berdiskusi dengan Menteri Hukum dan HAM terkait izin usaha Temu. Menkominfo, Budi Arie Setiadi, juga menegaskan bahwa Temu berbahaya bagi pasar Indonesia dan akan berusaha mencegah aplikasi ini masuk ke tanah air.
Temu sendiri merupakan layanan e-commerce yang didirikan oleh mantan insinyur Google, Colin Huang, dan dikabarkan berada di bawah naungan perusahaan teknologi China, Pinduoduo. Pinduoduo sendiri telah menuai kontroversi terkait keamanan data pengguna.
Meskipun Temu telah beberapa kali mencoba masuk ke Indonesia sejak tahun 2022, namun baru berhasil merambah pasar Asia Tenggara melalui Filipina pada Agustus 2023. Temu kemudian berekspansi ke Malaysia pada September 2023.
Saat ini, Temu telah memiliki 120 juta pengguna di seluruh dunia dan mengirimkan rata-rata 1,6 juta paket setiap hari. Aplikasi ini bahkan telah menguasai pasar Amerika Serikat dan Eropa dengan strategi subsidi harga yang mencapai 100%.
Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada, menyatakan keprihatinannya dan menyebut Temu sebagai aplikasi jahat yang mengancam kelangsungan hidup UMKM Indonesia.
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah tegas untuk melindungi UMKM lokal dari ancaman aplikasi Temu.
Tinggalkan komentar